kritik dan saran

Rabu, 30 September 2009

Body Dysmorphic Disorder

Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah ketidakpuasan yang ekstrim terhadap penampilan. Ini menjelaskan kondisi seseorang yang terus menerus merasa cemas dengan kekurangan fisik minor atau bahkan kekurangan imajiner dirinya. Orang yang mengalami BDD tidak hanya bisa merasa tertekan tetapi bahkan bisa gagal dalam menjalankan aktifitas sehari-hari baik itu bekerja, belajar, maupun aktifitas lainnya.

Penderita BDD sering melakukan berbagai hal yang berlebihan hanya untuk mengkamuflase kekurangannya. Misalnya, mereka bisa berdiri berjam-jam di depan cermin atau memakai riasan wajah sebanyak-banyaknya untuk membuat diri mereka merasa lebih baik. Namun, bukannya merasa lebih baik, para penderita BDD bahkan akan semakin merasa cemas karena terus memperhatikan kekurangan tersebut.

Selain itu, mereka juga tidak hanya mengkhawatirkan satu bagian tubuh saja, misalnya mata, tetapi juga mengkhawatirkan bagian tubuh lain yang mereka rasa kurang sempurna seperti hidung, mulut, lengan, ukuran payudara, hingga ukuran kelamin.

Menurut Dr. Katherine Phillips, BDD pada umunya akan mulai kelihatan sejak seseorang (baik pria maupun wanita) memasuki masa remaja. Bahkan bisa juga sudah ada sejak kecil tetapi belum terdeteksi. Pada masa remaja itulah, seseorang akan semakin memperhatikan perubahan yang terjadi pada dirinya semisal ukuran dan bentuk tubuh.

Sebenarnya, adalah merupakan suatu kewajaran apabila seseorang memperhatikan penampilannya. Akan tetapi, pada orang normal, kebiasaan ini akan memudar seiring dengan berjalannya waktu dan dengan pembiasaan-pembiasaan dengan bentuk tubuh yang baru.



CIRI-CIRI BODY DYSMORPHIC DISORDER

Tidak semua pemerhati penampilan dapat kita golongkan sebagai penderita BDD. Ini adalah beberapa karateristik dari penderita BDD.

  1. Punya kepercayaan diri yang kurang serta konsep diri yang negatif. Bahkan mereka bisa merasa sangat tidak nyaman saat berada di tengah-tengah komunitas karena takut dijauhi, diabaikan, atau tidak diperhatikan sama sekali. Ketakutan ini menyebabkan penderita BDD memiliki banyak sekali 'ritual' seperti bercermin berkali-kali, menggunakan rias wajah berkali-kali (mengoles dan menghapusnya, kemudian mengolesnya kembali), melakukan konsultasi ke berbagai dokter kecantikan, melakukan operasi plastik atau penyuntikkan silikon, dan berbagai 'ritual' lainnya.
  2. Menghabiskan 1-5 jam setiap harinya hanya untuk mengurus penampilannya. Hal ini sering dilakukan karena penderita BDD takut dianggap cacat oleh orang lain.
  3. Menghindari keramaian dan penurunan fungsi sosial. Penderita BDD melakukan hal ini karena takut diperhatikan kekurangannya oleh orang lain. Mereka juga akan mengalami kesulitan dengan teman-teman, keluarga, bahkan pasangannya sendiri. Menurut hasil penelitian penderita BDD mengalami penurunan kinerja hampir dalam semua aspek kehidupan. Ini akibat dari pemikiran takut dianggap cacat oleh orang lain.
  4. Mengalami depresi. Bahkan kemungkinan terburuk adalah mereka bisa bunuh diri

PENANGGULANGAN BODY DYSMORPHIC DISORDER


Jika kita bertemu atau behadapan langsung dengan penderita BDD, kita tidak perlu menjauhi mereka atau menaruh perhatian terhadap cara mereka menanggulangi masalah tersebut. Ada beberapa cara yang masih bisa kita ambil untuk menangani penderita BDD.
  1. Obat-obatan. Obat yang bisa kita pergunakan adalah SSRs atau Selective Serotonin-Reuptake Inhibitors. Obat ini bisa digunakan untuk menangani depresi yang biasa dialami oleh penderita BDD. Sayangnya, layaknya obat kebanyakan, SSRs pun memiliki efek samping apabila terus menerus dikonsumsi dalam jangka waktu lama.
  2. Psikoterapi. Ada dua terapi yang bisa dilakukan terhadap penderita BDD, yaitu Cognitive-Behavioral Therapy dan Cognitive-Rational Therapy. Kedua terapi ini adalah pilihan yang sangat tepat apabila seseorang ingin menanamkan pola pikir positif dan membuat penderita BDD merasa lebih percaya diri dengan dirinya.
  3. Pembimbingan. Seorang penderita BDD bisa dibimbing dan dilatih untuk membangun strategi dan jalan keluar dalam mengatasi pikiran-pikiran negatif yang mengganggu konsentrasi. Hal ini juga meningkatkan pengendalian diri terhadap tindakan kompulsifnya.
  4. Dukungan keluarga. Tindakan terakhir ini bisa jadi merupakan 'senjata' paling ampuh dalam menangani kepercayaan diri penderita BDD. Akan lebih baik jika keluarga membantu mereka dalam mengungkapkan perasaan-perasaan stress, depresi, frustasi dan yang lainnya untuk menjaga terjadinya frustasi yang semakin besar lagi.

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More